Produksi kapal naik 28,33%, Sektor galangan ditargetkan tumbuh 10%
05-02-2009
Realisasi produksi di industri galangan kapal nasional sepanjang 2008 melonjak 28,33% menjadi 7,75 juta gros ton (GT). Kinerja ini melampaui target yang ditetapkan Departemen Perindustrian sebesar 6 juta GT. Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Depperin Budi Darmadi mengatakan peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir.
Tingginya permintaan (order) yang mencakup produksi kapal baru dan perbaikan (reparasi), menyebabkan hampir seluruh perusahaan galangan beroperasi di atas kapasitas terpasang. "Pada tahun lalu industri galangan tumbuh melampaui target. Hal ini karena order pembangunan kapal baru dari dalam negeri dan luar negeri serta reparasi tumbuh signifikan," kata Budi ketika dikonfirmasi, kemarin. Pada 2007, pembangunan kapal baru (new building) hanya mencapai 350.000 GT dengan nilai investasi Rp6,75 triliun, sedangkan reparasi kapal (ship repair) tercatat 5,6 juta GT senilai Rp2,23 triliun. Secara keseluruhan, produksi dan reparasi kapal pada 2007 mencapai 5,95 juta GT. Sementara itu, pada 2008, produksi kapal baru mencapai 525.000 GT dengan nilai Rp9,34 triliun atau melonjak 61,54% dibandingkan dengan 2007. Untuk reparasi kapal tumbuh 29,46% dengan volume mencapai 7,25 juta GT senilai Rp3,96 triliun. "Total realisasi [produksi dan reparasi kapal] pada 2008 mencapai 7,75 juta GT dengan nilai investasi Rp13,3 triliun." Menurut Budi, tingginya realisasi investasi itu secara langsung mendongkrak impor komponen kapal yang belum bisa diproduksi di dalam negeri sekitar 10% dari US$99,8 juta menjadi US$109,78 juta. Sebaliknya, importasi kapal secara utuh menurun sekitar 15% dari US$539,99 juta pada 2007 menjadi US$458,99 juta pada 2008. Berdasarkan catatan Depperin, impor kapal dan komponen dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan karena industri galangan di dalam negeri secara bertahap mampu melakukan substitusi. Beberapa komponen kapal yang sampai sekarang belum bisa diproduksi oleh industri lokal a.l. stud-link, kelompok komponen las (welded link), mesin outboard dalam bentuk terurai (CKD/completely knocked-down), dan mesin pendorong (marine propulsion engine). Penurunan impor kapal, katanya, disebabkan oleh perusahaan galangan asing mulai mengalihkan sebagian ordernya (suborder) ke beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Tumbuh 10% Untuk tahun ini, lanjutnya, Depperin menetapkan pertumbuhan produksi kapal dan reparasi sebesar 10%. "Imbas resesi ekonomi dunia kemungkinan akan berpengaruh sehingga menyebabkan berkurangnya pendapatan dari proyek reparasi kapal. Ini fenomena global yang juga terjadi di industri galangan nasional," paparnya. Untuk mendorong kinerja industri galangan kapal, pemerintah memberikan stimulus dengan menanggung bea masuk impor sejumlah komponen kapal. (lihat tabel) Dia menambahkan dalam 4 tahun terakhir hingga 2008, industri galangan kapal berkembang cukup pesat khususnya di Pulau Batam yang sampai saat ini tercatat sebanyak 68 perusahaan dari total 253 perusahaan di Indonesia. Batam, termasuk di dalamnya Bintan, dan Karimun, menjadi pusat pertumbuhan industri galangan nasional karena sebagai bonded zone/kawasan berikat dan kawasan ekonomi khusus (KEK), kawasan tersebut memperoleh fasilitas fiskal dari pemerintah. Sesuai dengan catatan Depperin, saat ini terdapat sedikitnya tiga perusahaan galangan PMA dan tiga PMDN yang berencana melakukan ekspansi dengan nilai investasi US$1,05 miliar. Tiga PMA itu adalah CN Heavy Industries Ltd, 21st Century Ltd, dan Ka Non Who Industries Ltd, sedangkan investor dari dalam negeri yakni PT Daya Radar Utama, PT Dok Perkapalan Surabaya dan PT PAL.
Sumber : Bisnis Indonesia, 5 Februari 2009 Yusuf Waluyo Jati

0 komentar:

Posting Komentar